Manajemen Laba – Pengertian manajemen laba adalah manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut).
Dalam artikel sebelumnya mengenai akuntansi terdapat hal yang harus selalu dilakukan oleh perusahaan, yaitu laporan keuangan. Laporan keuangan ini dibuat setiap tahun atau bahan setiap bulan. Biasanya yang menjadi perhatian pengguna laporan keuangan adalah bagaimana keuntungan perusahaan di tahun itu.
Nah laba atau keuntungan dalam laporan keuangan ini bisa kita gunakan untuk menguntungkan perusahaan. Caranya adalah dengan manajemen laba atau earning management.

Pengertian Manajemen Laba Menurut Para Ahli
Manajemen laba secara kasar bisa kita artikan sebagai cara memanipulasi keuntungan dalam laporan keuangan agar mendapatkan keuntungan lebih. Tapi bagaimana dengan pendapat para ahli mengenai manajemen laba ini? berikut ini beberapa pendapat mereka seperti yang dikutip melalui website ilmuakuntansi.web.id
Pertama Schipper (1989) dalam buku Rahmawati dkk. (2006), menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut).
Sedangkan menurut Asih dan Gudono (2000) manajemen laba adalah suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Addopted Accounting Principles atau GAAP untuk mengarahkan tingkatan laba yang dilaporkan.
Pengertian manajemen laba menurut Fischer dan Rozenzwig (1995) manajemen laba adalah tindakan manajer yang menaikkan (menurunkan) laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya namun tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang.
Pendapat Healy dan Wallen (1999), manajemen laba itu terjadi ketika manajer menggunakan judgement dalam laporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, sehingga mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada angka akuntansi.
Dari pendapata para ahli ini bisa kita simpulkan bahwa manajemen laba merupakan tindakan yang disengaja untuk mempengaruhi proses pelaporan keuangan agar memperoleh beberapa keuntungan pribadi.
Faktor Pendorong Manajemen Laba
Setiap tindakan yang dilakukan pasti memiliki motif, tidak terkecuali manajemen laba. Dalam Positif Accounting Theory terdapat tiga faktor pendorong yang menjadi ‘motif’ terjadinya manajemen laba (Watt dan Zimmerman, 1986), yaitu:
Bonus Plan Hypothesis
Bonus yang didapatkan manajer biasanya berdasarkan seberapa banyak laba yang diperoleh. Karena itu tidak jarang pihak manajemen menggunakan metode akuntansi untuk meningkatkan laba yang dilaporkan. Sehingga manajemen bisa mendapatkan bonus.
Debt Covenant Hypothesis
Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih metode akuntansi yang mampu meningkatkan laba (Sweeney, 1994 dalam Rahmawati dkk, (2006). Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal.
Political Cost Hypothesis
Perusahaan besar biasanya menghindari hal yang tidak diinginkan, salah satu caranya adalah dengan menurunkan laba yang dimiliki. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi, pemerintah akan segera mengambil tindakan, seperti memberikan peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain.
Tujuan dan Motivasi Manajemen Laba
Manajemen laba seperti yang disebutkan oleh Scott dalam buku Rahmawati dkk memiliki beberapa tujuan dan motivasi dalam pelakssanaannya. Berikut in beberapa hal yang disebutkan
Bonus Purposes (Tujuan Bonus)
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini (Healy, 1985 dalam Rahmawati dkk, (2006).
Political Motivation (Motivasi Politik)
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
Taxation Motivation (Motivasi Perpajakan)
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan untuk penghematan pajak pendapatan perusahaan.
Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
Initial Public Offering (IPO) (Penawaran Saham Perdana)
Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.
Informasi Kepada Investor
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
Teknik dan Pola Manajemen Laba
Scott(2003:383) juga menyebutkan dalam manajemen laba terjadi empat pola pelaksanaan yang sering dilaukan oleh manajer, seperti taking a bath, income minimzation, income maximization, dan income smoothing.
Taking A Bath
Pada pola ini, manajemen harus menghapus beberapa aktiva dan membebankan perkiraan biaya yang akan datang pada laporan saat ini. Selain itu ia juga harus melakukan clear the desk, sehingga laba yang dilaporkan di periode yang akan datang meningkat.
Income Minimization
Pola ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi. Gunanya agar tidak mendapat perhatian secara politis. Tindakan yang dilakukan berupa penghapusan pada barang modal dan aktiva tak berwujud, biaya iklan, serta pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan.
Income Maximization
Tindakan ini dilakukan pada saat laba menurun. Selain untuk mendapatkan bonus yang lebih besar, cara ini juga bisa melindungi perusahaan saat melakukan pelanggaran perjanjian hutang. Tindakan yang dilakukan manajemen adalah dengan memanipulasi data akuntansi dalam laporan.
Income Smoothing
Bentuk ini mungkin yang paling menarik. Hal ini dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
Secara umum teknik yang digunakan dalam manajemen laba ini terbagi menjadi tiga menurut Na’im dan Setiawani (2000). Berikut ini penjelasannya
Pertama adalah memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi. Manajemen melakukan perkiraan pada estimasi akuntansi seperti estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi.
Kedua mengubah metode akuntansi. Manajemen melakukan perubahan pada metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi. Misalnya mengubah metode depresiasi aktiva tetap yaitu dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus.
Terakhir adalah menggeser periode biaya atau pendapatan, misalnya: mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode akuntansi berikutnya dan lain sebagainya.
Nah itulah tadi beberapa hal mengenai manajemen laba yang sangat menguntungkan, namun memiliki efek negatif. Diantaranya lapran keuangan yang diberikan menjadi kurang relevan dan caranya terkesan ‘licik’ mekipun diperbolehkan. |